Benarkan Iran Memprovokasi Dunia?
Oleh: Musthafa Luthfi*
Begitu Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan pengayaan uranium sebesar 20 persen di dalam negeri pada 7 Februari lalu sebagai respon atas lambannya negara-negara besar (Barat) merestui keinginan Iran menyangkut tukar menukar uranium di luar negeri, serentak dunia Barat yang dikomandoi AS menyebut negeri Mullah itu memprovokasi (baca: menantang) dunia.
Keputusan Iran tersebut mendorong AS makin intensif melakukan “kasak-kusuk” mengajak masyarakat dunia untuk memusuhi Iran, bukan saja lewat kecaman, tapi tindakan nyata, mulai dari sanksi lebih berat hingga serangan militer atas instalasi nuklir untuk menggagalkan ambisinya menjadi negara nuklir yang bisa menjadi momok Barat dan Israel. Slogan yang diusung adalah “Iran memprovokasi dunia”.
Dari enam negara besar (lima anggota tetap DK PBB plus Jerman) yang menangani masalah nuklir Iran itu, AS akhirnya berhasil setidaknya hingga saat ini meyakinkan lima negara (AS sendiri tentunya plus Inggris, Perancis, Rusia, dan Jerman) tentang perlunya peningkatan sanksi yang lebih berat. Untuk membujuk Cina tampaknya AS masih perlu upaya ektra intensif agar bergabung ``menggencet`` Teheran. Rusia yang sebelumnya menolak pemberatan sanksi, akhirnya melunak juga dan siap bersama Barat.
Di lain pihak, Menlu AS, Hilary Clinton mulai secara intensif melakukan ”kasak-kusuk” di negara-negara Teluk, seperti yang pernah dilakukan negeri Paman Sam itu saat merencanakan serangan atas rezim Saddam Hussein di Iraq pada 2003. Paling tidak ada tiga tujuan utama dari lawatan Clinton ke enam negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang dimulai dari Qatar 13 Februari lalu sekalian menyampaikan sambutan di hadapan Forum AS-Dunia Islam yang ke-7 di Doha.